Kamis, 05 November 2009

penyebab pemanasan global


Mari kita mulai pemeriksaan terhadap pemanasan global dengan studi penyebabnya. Global warming is an overall state of existence that is the cumulative effect of hundreds of environmental factors. Pemanasan global adalah sebuah negara keseluruhan eksistensi yang merupakan efek kumulatif dari ratusan faktor lingkungan. All of these join together in both a linear and random model to show global warming as a chain of events. Semua ini bergabung bersama-sama di kedua linear dan model acak untuk menunjukkan pemanasan global sebagai rangkaian peristiwa.

Most modern attention to the problem of global warming began with discussion of depletion of the Earth's Ozone layer. Paling modern perhatian terhadap masalah pemanasan global dimulai dengan diskusi tentang penipisan lapisan ozon Bumi. Ozone (O3) is a molecular form of Oxygen. Ozone (O3) adalah bentuk molekul Oksigen. The Ozone layer is a relatively thin strata of these molecules set in the lower portion of the Earth's stratosphere. Lapisan Ozon adalah lapisan tipis yang relatif molekul ini diatur di bagian bawah stratosfer bumi.
Depletion of the Earth's Ozone layer has resulted in a large increase in Ultra Violet Radiation reaching the surface of the earth. Penipisan lapisan ozon bumi telah mengakibatkan peningkatan besar dalam Radiasi Ultra Violet mencapai permukaan bumi. Does this increase in UV rays equate to global warming? Apakah peningkatan ini sinar UV menyamakan pemanasan global? Not really. Tidak juga. In fact most scientific opinion is that depletion of the Ozone layer results in cooling of both the stratosphere and troposphere. Bahkan sebagian besar pendapat ilmiah adalah bahwa penipisan lapisan Ozon menyebabkan pendinginan baik stratosfer dan troposfer. So why mention depletion of the Ozone layer as regards to global warming? Jadi mengapa menyebutkan penipisan lapisan Ozon sebagai salam untuk pemanasan global? Because it represents a needed balance between harmful radiation being allowed to reach the earth's surface and our desire to stem the rapid increase in our air and water temperature. Karena itu merupakan keseimbangan yang diperlukan antara radiasi berbahaya diizinkan untuk mencapai permukaan bumi dan kerinduan kita untuk membendung peningkatan yang cepat dalam udara dan suhu air. Remember, we are viewing global warming as a chain of events. Ingat, kita melihat pemanasan global sebagai rangkaian peristiwa.

polusi dan eksploitasi sumber daya alam

Polusi memang sangat menganggu, tetapi polusi ini menganggukenyamanan lokal. Polusi tidak hanya asap, polusi dapat juga polusi bahan-bahan radioaktif. Juga polusi bahan beracun akibat aktifitas manusia. Ini tentusaja tetap harus diperangi, namun bukan dalam semangat mengantisipasi global warming.

Demikian juga eksploitasi sumberdaya alam. Pemanfaatan hutan, pemanfaatan air, pemanfaatan minyak bumi, pemanfaatan gas, tambang emas, batubara dan lain-lain memang harus dikelola dengan benar. Tetapi sekali lagi bukan dengan semangat untuk mencegah atau menyetop global warming. Pemanfaatan ini dapat saja dikaitkan dengan global warming dalam artian, bagaimana kita mengantisipasi kedatangannya. Bagaimana kita mengelola air dimasa bumi semakin panas, bagaimana memanfaatkan listrik dengan baik untuk mengatisipasi suhu yang tinggi. Juga seperti apa seharusnya memanfaatkan hutan supaya tidak menganggu ketika terjadi kebakaran dsb.

prose pemanasan dan pendinginan global

Prose pemanasan dan pendinginan global terjadi sejak dulu.

paleoclimate-1.jpg

Suhu bumi rata-rata sejak jutaan tahun lalu

Yang saya takutkan adalah kalau kita menganggap bahwa kalau manusia berhasil mengurangi emisi sampai nol maka diharapkan pasti pemanasan global dapat distop. Ini yang aku khawatirkan.

Karena kalau ini yang ada didalam benak manusia, maka secara naluriah manusia akan mati-matian memerangi pengurangan emsisi gas buang karena dianggap sebagai “musuh utama” atau “penyebab utama” dari fenomena global warming. Sehingga setiap usaha riil (fisik) serta olah otak (berdikusi, konperensi, seminar dll), akan ditargetkan dalam menghadapi global warming hanyalah ke arah pengurangan emisi ini saja.

Lah seandainya global warming itu merupakan kejadian alam biasa (hanya sebuah siklus panjang), seperti yang terlihat disebelah kiri ini. Maka kita (manusia) harus mempersiapkan segala sesuatu demi menghadapi pemanasan global ini. Persiapan menghadapi pemanasan global ini mirip kalau akan menghadapi musim tahunan saja.

Tetapi kali ini kita akan menghadapi perubahan iklim yang siklusnya mungkin ribuan tahun, jutaan tahun. Global warming-cooling bukanlah siklus satu tahunan saja. Gambar fluktuasi muka air laut disebelah ini, merupakan salah satu manifestasi dari global warming-cooling yang terekspressi pada naik-turunnya muka air laut. Perhatikan bahwa sepanjang hidupnya tinggi muka air laut lebihsering lebih tinggi dari ketinggiannya saat ini.

Gobal warmig ga bisa dicegah???

Not fight to it, but how we adapt to it

Sebagai seorang geologist, aku ini masih sulit menerima bahwa fenomena global warming ini dapat “dicegah“. Saya kok yakin bahwa global warming ini lebih bersifat natural ketimbang “man made“. Comparison of two sea level reconstructions during the last 500 Myr.  The scale of change during the last glacial/interglacial transition is indicated with a black bar.  Note that over most of geologic history long-term average sea level has been significantly higher than today.Walaupun begitu bukan berarti bahwa emisi karbon itu tidak berbahaya loo. Emisi karbon hanyalah bersifat polutan, artinya emisi karbon dari cerobong, maupun dari knalpot dan sebagainya, itu jelas “menganggu” dan mempengaruhi kenyamanan. Dalam skala kecil misalnya kalau kita berada pada satu kota yang pengap dengan asap kenalpot, maka kita akan merasakan udara semakin terasa panas. Tetapi panas ini disebabkan oleh sifat-sifat asap yang menghambat penghantaran panas.

Dampak kenaikan permukaan air laut

Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut : (a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, (b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, (c) meluasnya intrusi air laut, (d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan (e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulau-pulau kecil.

rencana obama

Presiden Barack Obama yang baru kepala Badan Perlindungan Lingkungan Lisa Jackson telah pindah untuk menempatkan CO2 dan gas rumah kaca lainnya di bawah peraturan oleh Clean Air Act. In one of the most anticipated early actions by the new Administration, the EPA issued a proposed finding on April 17 that these gases endanger human health and well-being . Dalam salah satu tindakan awal yang paling diantisipasi oleh Administrasi baru, EPA mengeluarkan menemukan yang diusulkan pada 17 April bahwa gas tersebut membahayakan kesehatan manusia dan kesejahteraan. When made final, this will clear the way for regulation of vehicle exhaust, which is the source of about 30 percent of US carbon dioxide emissions. Ketika membuat final, ini akan membuka jalan bagi kendaraan peraturan knalpot, yang merupakan sumber sekitar 30 persen dari US emisi karbon dioksida.

This is one of the most visible of the climate actions springing from members of the President's new Cabinet, which includes leading scientists and informed diplomats. Ini adalah salah satu yang paling terlihat dari tindakan iklim muncul dari anggota kabinet baru Presiden, yang meliputi ilmuwan terkemuka dan memberitahu diplomat. As they took their posts, working scientists announced in two international meetings that many factors in rapid global warming were getting worse or running at rates which only a few years ago were thought to be extreme. Ketika mereka mengambil jabatan mereka, para ilmuwan bekerja diumumkan dalam dua pertemuan internasional bahwa banyak faktor dengan cepat pemanasan global semakin buruk atau berjalan pada tingkat yang hanya beberapa tahun yang lalu yang dianggap ekstrem.

Besides Jackson, who an was an experienced state environment leader before taking over at EPA, Obama appointed former EPA head Carol Browner to a new post of White House climate and energy chief; Nobel Prize winner Stephen Chu as Secretary of Energy; Harvard professor John Holdren, who has been outspoken on the dangers of climate disruption, as Presidential science advisor; and acclaimed ocean scientist Jane Lubchenco as head of NOAA. Selain Jackson, yang seorang adalah lingkungan yang berpengalaman pemimpin negara sebelum mengambil alih pada EPA, Obama menunjuk mantan kepala EPA Carol Browner ke posting baru Gedung Putih kepala iklim dan energi; pemenang Hadiah Nobel Stephen Chu sebagai Menteri Energi; Harvard professor Yohanes Holdren , yang telah blak-blakan mengenai bahaya gangguan iklim, sebagai penasihat sains Presiden dan diakui ilmuwan Jane Lubchenco laut sebagai kepala NOAA.

Secretary of State Hillary Clinton replaced George Bush's footdragging international climate negotiators with a team lead by Todd Stern. Menteri Luar Negeri Hillary Clinton digantikan George Bush kelambatan negosiator iklim internasional dengan sebuah tim yang dipimpin oleh Todd Stern. One of his first actions was to announce to international climate talks in Bonn that "the science is clear, and the threat is real. The facts on the ground are outstripping the worst case scenarios. The costs of inaction-or inadequate actions-are unacceptable." Salah satu tindakan pertamanya adalah mengumumkan pembicaraan iklim internasional di Bonn yang "ilmu yang jelas, dan ancaman nyata. Fakta-fakta di lapangan masih melebihi skenario kasus terburuk. Biaya dari ketiadaan tindakan-tindakan yang tidak memadai, atau tidak dapat diterima . The Bonn talks are preliminary to crucial UN Climate Convention meetings in Copenhagen in December [[link: http://unfccc.int/2860.php]], at which nations have promised to agree to sharp limits on greenhouse gases, replacing the Kyoto Protocol. Bonn untuk pembicaraan pendahuluan penting pertemuan Konvensi Iklim PBB di Kopenhagen pada Desember [[link: http://unfccc.int/2860.php]], di mana negara telah berjanji untuk menyetujui batas-batas tajam pada gas rumah kaca, menggantikan Kyoto protokol. Many national issues and roadblocks remain, however, prime of which is the world recession which dominates other international meetings . Banyak masalah dan rintangan jalan nasional tetap, bagaimanapun, yang utama adalah resesi dunia lain yang mendominasi pertemuan internasional.

The EPA finding, although initially focused directly on vehicle emissions, will lead under the Clean Air Act to regulation of greenhouse gas emissions from power plants, source of nearly half of American CO2. EPA menemukan, walaupun pada awalnya difokuskan secara langsung pada emisi kendaraan, akan memimpin di bawah Clean Air Act peraturan emisi gas rumah kaca dari pembangkit tenaga listrik, sumber Amerika hampir separuh dari CO2. Congress is also proposing control of emissions using a cap and trade process familiar to many from previous Clean Air Act procedures to limit sulphur pollution from coal burning plants. Kongres juga mengusulkan pengendalian emisi menggunakan topi dan proses perdagangan familiar bagi banyak dari sebelumnya Clean Air Act prosedur untuk membatasi polusi sulfur dari pembakaran batubara tanaman. A comprehensive climate and energy bill, drafted by Rep. Henry Waxman of California and Rep. Edward Markey of Massachusetts, will be debated in the House this spring . Sebuah iklim dan energi komprehensif tagihan, disusun oleh Rep Henry Waxman dari California dan Rep Massachusetts Edward Markey, akan diperdebatkan di Rumah musim semi ini. Reactions to the proposed legislation are being posted by many business and environmental groups and will surely intensify as the bill is amended and moves toward a vote later this year. Reaksi terhadap undang-undang yang diusulkan sedang diposting oleh banyak bisnis dan kelompok lingkungan hidup dan pasti akan mengintensifkan sebagai tagihan diubah dan bergerak ke arah suara akhir tahun ini.

The urgency of climate action is even greater now because some recent observations are at or beyond the highest projections of previous reports. Scientific studies updating the IPCC assessment of 2007 show that more CO2 is being put into the air than ever before. Urgensi tindakan iklim sekarang bahkan lebih besar karena beberapa pengamatan baru-baru ini pada atau di luar proyeksi tertinggi laporan sebelumnya. Studi ilmiah memperbarui penilaian IPCC tahun 2007 menunjukkan bahwa lebih CO2 sedang dimasukkan ke dalam udara daripada sebelumnya. Rates of change of global mean temperature, sea level rise, ice sheet changes in Greenland and the edges of Antarctica, and ocean chemical changes are running at the highest projections of the 2007 IPCC. Tingkat perubahan suhu global, kenaikan permukaan laut, perubahan lapisan es di Greenland dan tepian Antartika, dan perubahan kimia laut berjalan pada proyeksi tertinggi tahun 2007 IPCC. In February 2009 at the annual meeting of the American Association for the Advancement of Science, Dr. Chris Field of the Carnegie Institute also reported that some major ways that the earth naturally absorbs CO2 were less efficient now, leaving more of the gas in the air. Pada bulan Februari 2009 di pertemuan tahunan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Dr Chris Field dari Institut Carnegie juga melaporkan bahwa beberapa cara utama bahwa bumi secara alami menyerap CO2 yang kurang efisien kini, meninggalkan lebih dari gas di udara . I heard him say that because of all this, we are "on a trajectory of climate... that has not been explored." Aku mendengar dia mengatakan bahwa karena semua ini, kita "pada lintasan iklim ... yang belum dieksplorasi."

Not every indication of climate is changing this rapidly, but most scientists now predict a 5 degree F or more temperature increase and at least three feet of sea level rise before 2100 if things continue in this way. Tidak setiap indikasi iklim berubah cepat ini, tapi sekarang kebanyakan ilmuwan memprediksi a 5 derajat F atau lebih kenaikan suhu dan sekurang-kurangnya tiga meter dari permukaan laut naik sebelum 2100 jika hal melanjutkan dengan cara ini. The changes documented in these website pages and my book occurred during a time of just over one degree of warming. Perubahan didokumentasikan dalam halaman situs web ini dan buku saya terjadi selama waktu lebih dari satu derajat pemanasan.

Persetujuan internasional global warming

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.

Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.

Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.

Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.

Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.

Menghilangkan Karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

Menghilangkan Karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

Pengendalian masalah global

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.

Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

Perdebatan tentang masalah global

Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah temperatur benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan di masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan temperatur. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.

Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.

Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.

Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisa baru tentang temperatur air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: temperatur laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada temperatur rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.[29]

Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.

Dampak pemanasan global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Mengukur pemanasan Global

Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.

Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.

Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. [22]

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.



Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Global Warming

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.